Kamis, 29 September 2016

Sejarah : Abdullah Aziz ibn Abdullah ibn Baaz dan Dakwah Salafiyyah Al-Muhtasiba

Berbarengan dengan meningkatnya eksplorasi minyak, ribuan ahli minyak dan ahli konstruksi dari Barat membanjiri wilayah Arab Saudi. Kedatangan mereka ditentang sebagian ulama. Salah satu penentang yang gigih adalah ulama muda bernama Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ( 1909-1999). Ia seorang ulama ahli hadis yang mengalami kebutaan di usia remaja. Kelak ia menjadi tokoh penting gerakan Salafy abad ke-20. Dalam fatwanya, yang dikeluarkan pada 1940-an, ia menolak kehadiran kehadiran orang Barat di Arab Saudi. Ia mengemukakan hadis Nabi yang melarang orang-orang kafir tinggal di Jazirah Arab. Seruan ini sama persis dengan seruan Usamah bin Ladin pada awal 1990-an. Ia juga menyatakan haram hukumnya mempekerjakan pegawai non muslim di Jazirah Arab. Tindakan ini membuat marah raja. . Ulama muda ini dianggap lancang melawan kebijakan kerajaan. Sebagai hukumannya ia dipenjara. Penjara tidak menghancurkan reputasi Abdullah bin Baz, selepas dari penjara, ia tetap disegani sebagai ulama yang kritis. Pada 1961 berdiri Universitas Islam Madinah. Andullah bin Baz mengajar di sana. Posisinya sebagai pengajar tak menghalanginya untuk menentang berbagai kebijkan pemerintah yang dianggapnya bertentangan dengan ajaran wahhabi. Ia mengecam kebijakan yang mengizinkan rokok dijual bebas, pada di mata Bin Baz, rokok sama haramnya dengan babi dan alkohol. Ia menyerang praktik pemerintah yang menempatkan potret-potret raja di dinding perkantoran. Bin Baz menganggap praktik ini bisa menggelincirkan seorang muslim pada kemusyrikan. Menurutnya, menggantungkan gambar bia membuat orang yang melihatnya mengagumi dan menyembahnya, terutama jika itu gambar seorang raja.
Bin Baz memang sangat khawatir dengan terkikisnya wahhabisme di masuarakat dan kerajaan oleh nilai dan produk modernitas. Sejak 1960-1n, peemrintah Arab Saudi memang telah mengambil kebijakan-kebijakan yang kontroversial di mata ajaran wahhabi. Pada 1962, Saudi mencabut hukum perbudakan. Setahun kemudian, pihak kerajaan tanpa mempedulikan protes-protes para ulama dan masyarakat, memperkenalkan pendidikan bagi wanita. Bahkan pada 1965, kerajaan Arab Saudi mendirikan Televisi Saudi. Penayangan pertama TV ini memicu kerusuhan di kota Riyadh. Massa yang protes menganggap bahwa penayangan ambar di TV telah melanggar ajaran wahhabi yang memang melarang ntuk menggambar makhluk hidup.
Pada pertengahan 1960-an, murid-murid Abdullah bin Baz di Madinah sepakat membentuk Jama'ah Salafiyyah Al Muhtasiba (JSM) yang kelak menjadi cikal bakal gerakan salafy atau neo-wahhabi. Bin Baz sendiri diangkat menjadi semacam pemimpin spiritual di gerakan ini. Selain berdakwah dan mencegah kemungkaran (hisbah), gerakan baru ini melakukan semacam revisi terhadap paraktik-praktik ibadah versi Wahhabi, dengan menyeleksi ulang secara ketat hadis-hadis Nabi yang dijadikan rujukan dalam tata peribadatan. Selain Bin Baz, kelompok baru ini sangat terpengaruh oleh pemikiran Syaikh Nashiruddin al-Albaniy (1914-1999), ahli hadis dari Syria. Al-Albaniy menganggap bahwa ajaran Wahhabi kurang selektif dalam memilih hadis-hadis yang dijadikan dalil untuk ibadah. Dia melihat masih banyak hadis-hadis tidak shahih dijadikan dalil, di anataranya dalam shalat. Ia menulis buku Sifat Shalat Nabi yang berisi tata cara shalat versi hadis-hadis shahih, Isi buku ini menimbulkan kontroversi di Saudi, soalnya buku ini seakan mengkritik berbagai atat cara shalat yang sudah biasa dilakukan kaum Wahhabi yang merujuk keprada mazhab Hanbali. Diduga gara-gara kontrversi ini, al-Albaniy kemudiandiusir dari saudi pada 1963. Namun merskipun tak tinggal di Saudi, ia tetap membangun hubungan erat dengan Bin Baz.
Sementara itu, mulai tahun 1970 pengaruh JSM makin meluas dan meraih banyak pendukung, baik darikalangan ulama yang umumnya murid Syaikh Bin baz, seperti Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, juga dari kalangan masyarakat umum. Mereka membangun markas gerakan di madinah yang mereka sebut bayt al-Ikhwan. Hingga 1976, JSM berhasil mendirikan cabang-cabang di berbagai kota besar di Arab saudi seperti Mekkah, Riyadh, Jeddah, Thaif, Ha'il, Abha, Damman dan Burayda. Kelompok ini menempatkan Syaikh al-albaniy dalam poisis terhormat sejajar dengan Syaikh Bin Baz. Pendapat-pendapatnya selalu dijadikan rujukan. Setahu sekai, biasanya di musim haji, ulama asal Syria ini datang ke Saudi, dan memberikan ceramah kepada para pengikut JSM. Selain itu, JSM juga membangun hubungan dengan berbagai kelompok Wahabi di luar Saudi, seperti kelompok Ahlu Hadis di Pakistan dan Kelompok Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyyah di Mesir. Ualam-ulama dari kedua organisasi ini juga sering memberikan eramah di Bayt al-Ikhwan saat mereka berkunjung ke Madinah.
Pada 1980, JSM semakin meluaskan pengaruhnya, tak hanya di saudi, bahkan hingga ke negara-negara Islam lainnya. Ini tak bisa dilepaskan dari kucuran dana yang melimpah dari pemerintah. Walaupun kerajaan saudi terang-terangan menyatakan sistem hukum mereka berlandaskan pada ajaran salafy, namun baru pada 1980 pemerintah Arab saudi serius mendukung habis-habisan dakwah salafy. Bantuan keuangan ini tentu saja tak bisa dilepaskan dari berkah yang dinikmat oleh Arab Saudi gara-gara melonjaknya harga pada tahun 1970-an. Namun ini bukan satu-satunya alasan. Ada alasan lain yang jauh lebih penting bagi rezim Saudi, yaitu huru hara politik yang terjadi di dalam dan di luar negeri. Di dalam negeri terjadi peristiwa Mekkah Berdarah pada 20 November 1979. Hari iutu JUhaim Al-Utaibah, mantan pengikut JSM, bersama sekitar 300 orang pengikutnya yang bersenjata menduduki Haram Al Syarif Mekkah, dan menyandera ummat islam yangs edang melaksankan haji. Juhaim kemudian menyerukan pemberontakan terhadap pemerintah Arab saudi yang dianggap telah menyimpang dari ajaran-ajaran salafy. Penyimpangan-penyimpangan yang dituduhkan antara lain Pemerintah saudi telah mengizinkan praktik penayangan gambar makhluk hidup di foto, televisi, termasuk gambar wanita. Tak hanya itu, mereka juga mengkritik pemberian izin bagi wanita bekerja di luar rumah, serta izin peredaran minuman berakohol di wilayah yang dihuni orang asing. Namun pemberontakan ini berumur pendek. Setelah melalui baku tembak berhari-hari, pada 4 Desember 1979 aparat keamanan arab saudi berhasil memadamkan pemberontakan Juhaim Al-Utaibah dan kawan-kawannya.
Bersambung....
Solahuddin, "NII Samapi JI : Salafy Jihadisme di Indonesia', Halaman (15-18)

diketik oleh akhina : Roy Anwar (https://www.facebook.com/roy.anwar.3)

Baca selengkapnya...