Perkara terpenting dalam kehidupan seorang manusia, adalah iman. Perkara yg paling berharga adalah iman. Derajat yg paling mulia, adalah iman. Kekayaan yg sebenarnya adalah iman.
Hari ini, kebanyakan manusia telah terbiasa menghitung-hitung kekayaan seseorang dengan apa yg nampak pada zhahirnya. Dan tolok ukurnya pun beragam. Dengan uangnya, dengan hartanya, dengan sawahnya, dengan perusahaannya, dengan tokonya. Dan itu semua adalah perhitungan yg keliru.
Sungguh, akan datang satu masa dimana manusia mati, saat itu dia baru sadar bahwa dia tidak memiliki apa-apa. Dia tidak punya rumah, tidak punya kendaraan, tidak punya uang dan harta, tidak punya perusahaan, sawah, ataupun toko. Maka saat itu dia baru paham, bahwa perhitungan yg telah dia buat selama ini adalah perhitungan yg keliru. Dan saat itupun dia tahu, bahwa selama ini dia telah tertipu dan keliru.
Memang telah menjadi ketetapan Allah swt, bahwa dunia ini tidak bisa dimiliki, oleh siapapun. Rumah tidak bisa dimiliki, kendaraan tidak bisa dimiliki, uang dan harta tidak bisa dimiliki, perusahaan, sawah ataupun toko, tidak bisa dimiliki. Semua itu akan kita tinggalkan, dan akan meninggalkan kita semua. Sampai-sampai makanan yg telah masuk ke dalam perut kita pun, beberapa jam kemudian akan keluar lagi, masuk ke dalam kakus, tidak bisa dimiliki. Jadi apa yg bisa kita miliki dari dunia ini ?
Dan kebanyakan dari kita pun sudah sangat terbiasa, mengukur kemuliaan seseorang dari pangkat, jabatan, ataupun kekuasaan yg dimilikinya. Dan inipun adalah tolok ukur yg sangat keliru. Karena pasti tiba satu masa, dimana seluruh pangkat, jabatan, pun kekuasaan akan hilang dari tangan manusia. Pada masa itu, bangkainya seorang raja dan bangkainya seorang kuli sama saja. Maka janganlah tertipu dan keliru. Inilah nikmat sesungguhnya. Inilah kekayaan sebenarnya. Ya, nikmat iman.
Sebiji dzarrah iman akan Allah ganti dengan surga. Sekecil-kecilnya surga, seluas bumi lipat sepuluh kali. Ini apabila kita bandingkan dari segi luas. Apabila kita bandingkan dari segi nilai, maka sungguh tidak berbanding. Baginda Nabi saw pernah sampaikan bahwa tempat cemetinya seorang ahli surga lebih mahal daripada dunia dan segala isinya. Ini baru tempat cemetinya, belum lagi cemetinya. Belum lagi dengan istana-istananya ? Dan itu semua Allah berikan untuk dimiliki, selama-lamanya.
Seorang ahlul iman adalah calon raja besar. Hari ini apabila ada seseorang yg dicalonkan jadi presiden, misalnya. Maka orang itu akan dianggap orang yg istimewa, padahal belum tentu jadi. Kalaupun jadi, itu hanya dalam beberapa tahun saja. Dan beberapa tahun itupun pasti penuh dengan masalah. Tapi tetap saja orang tadi akan dianggap orang yg istimewa. Bandingkan dengan ahlul iman, dia adalah calon raja besar di surga. Dan yg mencalonkan, Allah sendiri. Dan ini pasti jadi.
Maka, adalah sebuah karunia yg tak ternilai harganya ketika Allah tanamkan dalam hati kita benih-benih iman. Namun sayangnya kita tidak paham terhadap perkara ini. Bahkan sebagian lainnya tidak mau paham. Sehingga kita tidak bisa menghargai nikamat yg sangat agung ini. Kalaulah kita habiskan seluruh usia kita untuk mensyukuri nikmat ini, maka sungguh, itu semua tidak akan pernah cukup.
Seorang 'alim telah datang ke negerinya orang kafir. Di tengah jalan dia bertemu dengan seorang lumpuh yg buta, bahkan seluruh tubuhnya dipenuhi penyakit lepra. Orang 'alim tadi heran karena melihat dari mulut orang sakit tadi tidak henti-hentinya keluar kalimat tahmid, "alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, ............ .......". Maka si 'alim bertanya, "Wahai tuan, anda ini lumpuh, tidak bisa melihat, dan berpenyakit. Tapi dari mulut anda tidak henti-hentinya keluar ucapan tahmid. Nikmat Allah mana yg anda syukuri ?". Dan orang sakit tadi menjawab, "Anda ini betul-betul bodoh. Coba anda perhatikan, berapa banyak orang yg hidup di negeri ini ? Yg kenal kepada Allah hanya saya saja. Bukankah ini nikmat yg sangat besar ?".
Maka inilah perkara yg harus sama-sama kita perbaiki.Karena hal inilah yg telah membuat tertib hidup kita jadi salah. Banyak dari kita yg menghabiskan waktunya hanya untuk mengejar kekayaan, pangkat, jabatan, dan lain sebagainya, sampai-sampai lupa diri dan lupa waktu. Padahal, sehebat apapun usaha yg kita buat, tetap saja kita tidak akan mendapatkan lebih dari apa yg telah Allah tentukan untuk kita.
Wallahu a'lam.
Baca selengkapnya...